Pertanyaan:
Assalam aly Kum
Saya ingin bertanya bagaiamana cara menemukan lokasi yang tepat dari harta yang terpendam di dalam bumi, dan jika saya dapat menemukan lokasi tersebut, bagaimana cara mengambilnya, saya dengar harta itu dijaga oleh jin baik atau jin jahat. Saya menanyakan hal ini karena saya mendengar bahwa ada harta yang terpendam di tempat tertentu di dalam tanah.
Mohon maafkan kebodohan saya dan tolonglah saya. Salam kepada seluruh staf eshaykh..
Jawaban:
wa `alaykum salam,
Allah swt berfirman:
{Katakanlah [wahai Nabi]: “Aku tidak berkuasa menarik kemaslahatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki oleh Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman “} (al-`Araf, 7:188)
Jika Nabi (s) tidak mencari harta karun di bumi, mengapa kita harus melakukannya? Lebih baik mencari harta kekayaan kalbu kita yang hanya dapat diraih melalui bimbingan seorang mursyid yang dirinya telah meraih harta-harta tersebut dari dalam kalbunya.
Namun demikian, ketahuilah bahwa di masa Sayyidina al-Mahdi (as), yang akan datang di akhir zaman, ketika dunia ini diselubungi dengan perselisihan, pembunuhan di mana-mana dan ketidakadilan merebak, setelah beliau mengalahkan kekuatan jahat, yang diwujudkan oleh Dajjal, dan kemudian membangun Kerajaan Allah di bumi dengan dukungan Sayyidina `Isa (as), barulah harta karun di bumi akan diberikan kepadanya dan beliau akan membawanya/mengeluarkannya untuk kemaslahatan orang-orang yang beriman.
Diriwayatkan bahwa Nabi (s) bersabda,
Pada hari-hari akhir umatku, Mahdi akan muncul. Allah akan memberinya kekuasaan atas angin dan hujan dan bumi akan menumbuhkan daun-daunan. Dia (swt) akan memberikan kekayaan yang sebesar-besarnya, ternak akan melimpah, dan umat akan berkembang dan dihormati. Beliau akan hidup selama tujuh atau delapan tahun... (sahīh) Hākim, Mustadrak (4:557 and 558). Albānī, Silsila sahīha, #711.
Taher Siddiqui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar