Mencium Tangan Ulama, Hati-Hati terhadap Fitnah


"Adapun untuk pertanyaan mengenai mencium tangan ulama, itu diperbolehkan untuk melakukannya terhadap ulama yang cermat, seorang penguasa yang adil, orang tua seseorang, guru seseorang, dan orang-orang yang pantas untuk dihormati dan dimuliakan." ~Syekh Ali Gomaa, Mufti Besar Mesir.


Al-Nafrawi berkata, ‘Sebuah contoh untuk ini adalah seorang Badui yang bertanya kepada Nabi (s), “Tunjukkan aku suatu tanda,’ lalu Nabi (s) bersabda, ‘Pergilah ke pohon itu dan katakanlah kepadanya, ‘Nabi memanggilmu.’  Pohon itu bergerak ke kanan dan ke kiri untuk mendatangi Nabi (s) dan berkata, ‘Semoga kedamaian tercurah padamu wahai Rasulullah (s).’  Lalu Nabi (s) berkata kepada orang Badui itu, ‘Katakan agar ia kembalil,’ dan pohon itu pun kembali ke tempatnya semula.  Orang Badui itu mencium tangan dan kaki Nabi (s) dan menjadi seorang Muslim.  Dan ada beberapa riwayat yang serupa.

Ibn Qasim al-‘Ibadi berkata, “Adalah sunnah untuk mencium tangan seorang ulama, orang yang saleh, ahlul bait Nabi (s), dan seorang zuhud sebagaimana yang dilakukan oleh para Sahabat kepada Nabi (s).

Pada poin ini penting untuk mengingat Hadits Nabi (s) berikut, "Al-fitnatu naimatun, la’na Allahu man ayqazhaha, -- “Fitnah, pertikaian, dan masalah adalah dalam keadaan tertidur.  Allah mengutuk orang yang membangunkannya.”

Kita harus selalu mengingatkan diri kita sendiri mengenai ayat berikut dari kitab suci al-Qur’an di mana Allah (Subhaanahu Wata'ala) berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman!  Jika datang kepadamu seorang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimbulkan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Surat Al-Hujurat, 49:6)”

Nabi Prophet (s) bersabda,

حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا

Haasibuu anfusikum qabla an tuhaasabuu.
Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu akan dihisab.

Allah (Subhaanahu Wata'ala) berfirman:
"Ingatlah!  Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap emreka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Wali-wali Allah adalah termasuk yang terbaik di antara makhluk-Nya.) (Surah Yunus, 10:62).

Di dalam Hadits Qudsi, sekali lagi Allah (Subhaanahu Wata'ala) berfirman, “Aku (Allah) menyatakan perang terhadap orang-orang yang memerangi para Awliya-Ku.” (Hadits Qudsi Bukhari).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar