Membesarkan seorang Bayi dalam Keadaan Fitrah




Pertanyaan:
Nabi (s) bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, tidak bersalah dan orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Kristen atau Majusi.”  Hadits ini menunjukkan bahwa orang tua bertanggung jawab bagi kemurnian akhlak anak-anak ketika mereka tumbuh.  Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana saya dan istri saya dapat merawat anak-anak kami dalam keadaan fitrah sebagaimana ketika dilahirkan?

Jawaban:
Mawlana Syekh Hisyam Kabbani mengatakan di dalam bukunya: Fifty Days: The Divine Disclosures During a Holy Sufi Seclusion:

[Efek] terburuk terjadi pada mereka yang dibesarkan dengan botol.  Kalian tidak tahu siapa yang mengisi botol-botol ini atau kekuatan spiritual negatif seperti apa yang dimasukkan ke dalam botol itu.  Terburuk kedua adalah mereka yang disusui, karena ASI Ibu membentuk hijab bagi kalbu sang anak yang berasal dari akhlak egoistik ibu dan ayahnya.  Selama empat puluh hari, anak tetap tidak terhijab dengan dimensi surgawi.  Jika ibu dan ayahnya tidak pernah bertengkar dan saling berteriak, maka sang anak akan tumbuh tanpa terhijab. 

Di lain waktu, Syekh Hisyam Kabbani menjelaskan:
Untuk mencegah ananiyya, keegoisan dari kedua orang tua mengalir kepada sang bayi melalui proses menyusui, ada suatu proses yang dapat dilakukan oleh sang ibu, tetapi ini tidak mudah.  Setiap kali sang ibu ingin menyusui bayinya, pertama ia harus melakukan ghusl, (mandi untuk bersuci), lalu salat dua rakaat wudu, dan baru kemudian menyusui anaknya.  Dengan metode ini sang anak akan tetap murni dan tumbuh dalam keadaan murni, menghindari kontaminasi keegoisan dari orang tuanya. 

Bila hal ini terlalu berat untuk sang ibu, dianjurkan sebelum menyusui paling tidak sang ibu berwudu, salat dua rakaat lalu menyusui bayinya.  Dan ini dilakukan terus selama menyusui. 

Taher Siddiqui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar