Obat untuk Kesedihan




...Allah (swt) berfirman kepada Nabi (s) di dalam Surat asy-Syarh, “Mengapa engkau bersedih,  yaa Muhammad?”  Itu artinya, “Wahai manusia, mengapa engkau bersedih?” Allah (swt) berfirman kepada Nabi (s), “Aku tidak ingin melihatmu sedih, sehingga Aku lapangkan dadamu agar engkau bahagia; Aku memberikan sesuatu untuk membuatmu dan seluruh umatmu sangat bahagia!” Itu artinya, “Bukankah Aku telah melapangkan dadamu agar engkau menjadi bahagia?”  Berbahagialah!  Jangan terlalu banyak berpikir, karena berpikir terlalu banyak akan membuat kalian sedih.  Orang yang terlalu banyak memikirkan suatu masalah akan menjadi depresi, yang kemudian apakah ia akan meledak marah atau ia akan pergi ke sudut sehingga tak ada yang dapat berbicara dengan mereka.  Jangan seperti itu!  Nikmatilah rahmat Allah, nikmatilah rahmat-Nya.

Allah (swt) berfirman di dalam kitab suci al-Qur’an:

قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Qul bifadhlillahi wa bi-rahmatihi fa-bidzaalika fa ‘l-yafrahuu huwa khayrum mimmaa yajma`uun.

Katakanlah, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah mereka bergembira, karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan.” (Yunus, 10:58)

Dia berfirman, “Engkau harus bergembira dengan karunia dan rahmat Allah!”  Awliyaa dan `ulama mengatakan bahwa yang dimaksud rahmat tersebut adalah Muhammad (s). Jadi kapanpun kalian merasa sedih dalam kehidupan kalian, bacalah tujuh kali Surat Alam Nashrah (Surat asy-Syarh) pada air dan minumlah air itu setiap hari; depresi itu akan pergi dan kalian akan terobati dari kesedihan itu.  Setetes air mata seorang Muslim untuk Allah (swt) dan Nabi-Nya (s), dan jika kalian zoom in (memperbesar) dan melihatnya lebih dalam lagi, khususnya tangisan seorang Mukmin, itu lebih berharga dari pada dunia dan segala isinya, karena Allah tidak suka melihat hamba-hamba-Nya yang mencintai-Nya dan mencintai Nabi-Nya menjadi sedih.

Sayyidina Ibrahiim (a) dilemparkan ke dalam api oleh Namrud dan beliau tidak bersedih.  Sayyidina Jibriil (a) bertanya kepadanya, “Apakah engkau memerlukan pertolongan?” dan Sayyidina Ibrahiim berkata, “Aku tidak memerlukan pertolonganmu. Yang mengirimkan aku ke sini tahu apa yang sedang terjadi.”  Sehingga Allah membuat api itu “bardan wa salaaman,” sejuk dan menyelamatkan bagi Ibrahiim, tetapi bukannya dingin hingga ke tulang atau dingin yang tak tertahankan, karena Allah (swt) tidak suka melihat hati orang-orang beriman, para pecinta-Nya, yang melakukan salat, puasa, memberi sedekah dan berzikir, menjadi sedih di dalam hidupnya.

Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani
Singapura, 3 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar