Pertanyaan:
Apakah doa
diperbolehkan selama salat, sebelum atau setelah salat?
Jawaban:
Banyak doa telah ditujukan
bagi Nabi (s). Beberapa dilakukan selama
salat, sebagian setelah salat dan sebagian lagi sebelum salat.
Nabi (s) biasa membaca
doa, antara takbirat al-ahram (takbir pertama “Allahu akbar!”
untuk memulai salat) dan pembacaan Surat
al-Fatiha, baik itu:
wajahtu wajhiia li-ladzii fatara as-samawati
wal-ardhi haniifan musliman wa ma ana min al-musyrikiin,” (“Kuhadapkan
mukaku, kepada yang menjadikan langit dan bumi, aku cenderung lagi berserah
kepada Allah dan bukanlah aku dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah,”)
atau “subhanaka allahuma wa
bi-hamdika wa tabaraka ismuka wa ta`ala jadduka wa la ilaha ghayruka,”
(“Maha suci Engkau yaa Allah dan segala puji hanya untuk-Mu dan Maha suci
nama-Mu dan Maha tinggi Kebesaran-Mu dan tidak ada tuhan selain Engkau.”)
Antara ruku` dan
berdiri, setelah, after “sam`i allahu liman hamida” beliau (s) biasa
mengucapkan, “rabbana laka al-hamd
mila as-samawati wa mil al-ardha wa mila ma baynahuma wa mil a ma syi’ta min syay
in baa`d.” (“Tuhan kami, pujian
sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang di antara keduanya, sepenuh
apa yang Engkau kehendaki setelah itu.”).
Nabi (s) bersabda, “yang
terdekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud, oleh sebab
itu perbanyak doa kepada Allah pada saat itu.” Dan beliau biasa membaca doa berikut ini:
“allahuma laka sajadtu wa bika amantu wa laka aslamtu sajada wajhii
lil-ladzii khalaqahu wa sawwarahu wa syaqqa sam`ahu wa basarah,” (“Ya Allah,
kepada-Mu aku bersujud, dan pada-Mu aku beriman, dan kepada-Mu aku tunduk. Aku sujudkan wajahku kepada (Tuhan) Yang
telah menciptakannya dan membentuknya dan memberi pendengaran dan penglihatan
baginya.”)
Setelah salat, Nabi
(s) biasa berdoa kepada Allah dengan mengucapkan, “Allahum a`inii `ala dzikrika wa syukrika wa husna `ibadatik,”
(“Ya Allah, tolonglah aku dalam mempertahankan ingatanku pada-Mu, dalam
bersyukur kepada-Mu dan beribadah kepada-Mu dengan cara sebaik-baiknya”).
Kemdudian beliau
beristighfar tiga kali, (“istagfirullah”
– ” “Ya Allah, ampunilah aku”) kemudian
berdoa, “allahuma anta as-salam wa
minka as-salam tabarakta wa ta`layta ya dzal Jalali wal-ikram,” (”Ya
Allah, Engkau adalah as-Salaam (Keselamatan), dan dari-Mu semua keselamatan
berasal, segala keberkahan dan kemuliaan
bagi-Mu, wahai Engkau Yang Mempunyai Kemegahan dan Kemuliaan.”)
Shaykh Muhammad Hisham
Kabbani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar