Pertanyaan:
Assalamualaykum Ya Sayyidi Qutubul Mutassarif,
InsyAllah dengan berkahmu saya berniat untuk melakukan khalwat selama 10 hari untuk mendisiplinkan dan mengontrol ego saya. Saya ingin tahu apakah staf eShaykh dapat memberi penjelasan mengenai aturan makan dan minum selama 10 hari itu, misalnya apakah kita boleh berpuasa selama 10 hari, dan bila ya, apakah makanan yang cocok dan berapa banyak yang kita makan. Juga apakah boleh untuk meninggalkan ruangan guna melakukan Salat Jumat.
Mohon maafkan saya dan terima kasih banyak, semoga Allah memberkatimu semua.
Salaams
Jawaban:
Wa `alaykum salam,
Di dalam Burdah, dikatakan:
Ego bagaikan bayi, jika dibiarkan tetap menyusu, sampai tua pun ia akan tetap menyusu, tetapi bila disapih dari susuan ibunya maka ia akan tersapih dengan sendirinya tanpa harus mengalami hal-hal yang mengkhawatirkan. Janganlah melenyapkan ego dengan memperturutkannya, sebab misalnya nafsu makan, bila dipuaskan dengan makanan, bukan berarti nafsu itu akan lenyap, tetapi ia akan datang lagi dengan keinginan yang lebih besar.
Ini adalah realitas khalwat yang tidak saya cari. Saya diperintahkan untuk memasuki khalwat ini tanpa pemberitahuan oleh Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani. Nama beliau artinya “orang yang adil dan benar.” Saya berharap bahwa dengan Keadilan dan Kebenaran dari Tuhan, Allah akan memberikan keberhasilan dalam menyelesaikan khalwat ini karena Tuhan mempunyai kendali penuh dan mutlak terhadap kejahatan yang diperintahkan oleh ego dan Tuhan mempunyai kemampuan untuk memurnikannya dari keinginan ego, memutuskannya dari keterikatan terhadap dunia materi, melindunginya dari tipu daya setan dan menyembuhkannya dari semua penyakitnya.
Ego adalah seorang pengecut, karena ia datang untuk mengalahkan kalian dengan berbagai batalion liar yang hina, dengan pikiran duniawinya, dan kejahatan yang berbaris di bawah panjinya. Dengan cara ini, ia dapat mengalahkan kalian—kecuali seorang guru yang sempurna mendidik, mengarahkan dan melatih kalian. Ia akan menjadi seperti singa yang mengaum, melindungi anaknya dari segala hal yang membahayakan. Kita berharap bahwa, dengan berkah guru kita Syekh Muħammad Nazim Adil al-Haqqani, kita akan menikmati kedamaian dan ketenangan dari serangan ego, yang beragenda untuk melawan kita tanpa henti.
[dikutip dari buku, Fifty Days: the Divine Disclosures During a Holy Sufi Seclusion (Lima Puluh Hari: Penyingkapan Ilahiah selama Khalwat) oleh Syekh Muhammad Hisyam Kabbani]
===
…Sup adalah makanan awliyaullah. Di Masjid Sayyidina Muhyiddiin ibn Arabi di Syam, setiap hari ada 100 orang miskin di
Alhamdulillah Allah memberkati kita semua dengan berkah-Nya tetapi berkah yang kalian temukan di negeri-negeri itu tidak dapat kalian temukan di sini. Di
…Nabi (s), sarapan pagi beliau adalah air hangat dengan madu, dan di waktu duha 7 butir kurma dengan air, dan di sore hari roti kering dengan minyak zaitun dan vinegar (sejenis cuka). Beliau mencelupkan rotinya ke dalam minyak dan vinegar. Itulah mekanan yang mereka makan dan lihatlah makanan yang kita makan sekarang. Dan sekarang orang-orang tidak mengucapkan alhamdulillah atau syukran lillah. Dengan berterima kasih kepada Allah, Allah akan terus mengirimkan berkah dan rezeki. Kita lupa untuk mengucapkan Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Rahiim di awal dan mengucapkan alhamdulillah di akhir. Jadi di Masjid Muhyiddiin ibn Arabi, di
…Di sini ada berkah di dalam sup. Awliyaullah di dalam khalwatnya tidak makan, kecuali sup. Nabi-nabi biasanya menjadi pengembala karena itu mengajarkan kesabaran, dan makanan mereka adalah sup lentil, daal. Dan Nabi (s) makan lebih sedikit lagi. Jika Nabi (s) meletakkan batu-batu untuk mengganjal perutnya dari kelaparan, bagaimana dengan kita? Siang dan malam kita harus mengucapkan syukran lillah bahwa kita mempunyai segala macam makanan, bukan hanya sup, tetapi juga makanan kecil/kudapan. Saya tidak pernah mengenal kudapan di negeri kami, seperti sereal, dan pretzel (sejenis kue dari Eropa--penerj.) dan seterusnya. Mungkin kami tinggal di hutan rimba.
[kutipan diambil dari chat log SufiLive, 15 Oktober 2011, Suhba Syekh Muhammad Hisyam Kabbani]
===
Yang berikut ini berasal dari transkrip suhbat, Who is The Guide oleh Syekh Muhammad Hisyam Kabbani:
Grandsyekh (q) berkata bahwa Sayyidina Abdul Khaliq al-Ghujdawani (q) menempatkan seorang murid di dalam khalwat selama empat puluh hari, dan mengatakan kepadanya, “Jika terjadi sesuatu yang aneh pada dirimu, katakan padaku.” Setiap hari mereka mengirimi makanan, satu mangkuk kecil lentil dalam 24 jam. Itulah makanannya, sebagai latihan. Ketika kalian makan sedikit, kalian akan terjaga, tidak bisa tidur. Mereka tidak ingin kalian tidur; mereka ingin agar kalian tetap terjaga. Ketika kalian makan terlalu banyak, kalian tidur tanpa perasaan. Kamu makan banyak? [Mawlana bertanya kepada seseorang].
“Seekor tikus berbicara kepadaku dengan Bahasa Arab yang sempurna”, kata murid itu. Bagus sekali ada tikus yang bisa berbahasa Arab. Itu bagus, karena di dalam khalwat segala sesuatu bisa terjadi, jangan dipikir bahwa itu berlebihan. Syekh Abdul Khaliq al-Ghujdawani (q) berkata, “Apa yang terjadi?” “Ya Sayyidi,” kata murid itu, “Ketika engkau mengirimiku makanan, aku mulai memakannya, tetapi waktu salat tiba. Tikus ini datang dari sebuah lubang di dalam kamar dan mendatangi makanan itu lalu mulai memakannya. Aku sedang salat tetapi aku melihatnya. Aku ingin segera menyelesaikan salatku karena tikus ini memakan makananku. Segera setelah aku mengucapkan as-salamu `alaykum, aku berlari menuju tikus itu dan ia melarikan diri ke lubangnya. Kemudian aku meletakkan sehelai kertas untuk menutup lubang itu lalu melanjutkan salatku. Tikus itu mendorong kertas tadi dan kemudian melanjutkan makannya; setelah itu pergi lagi. Aku mengucapkan as-salamu `alaykum, menyelesaikan salatku dengan cepat dan mengusir tikus itu. Tikus itu pergi ke lubangnya dan mengeluarkan kepalanya lalu berbicara dalam bahasa Arab yang sempurna, ‘Wahai idiot! Apakah menurutmu jika namaku tidak tertulis untuk makanan itu, aku akan berhasil menyentuhnya?’ Wahai Syekhku, ini adalah kejadian paling aneh yang menimpa diriku.”
Sayyidina Abdul Khaliq al-Ghujdawani (q) berkata, “Wahai anakku, engkau telah gagal menjalani ujianmu, karena Amanatmu akan diberikan kepadamu, rahasiamu, tetapi engkau menghalanginya.” “Oh, aku tidak melakukan apa-apa”, kata murid itu. Syekhnya berkata, “Wahai anakku, apakah menurutmu tikus itu bisa berbicara bahasa Arab? Kau tidak boleh melihat tikusnya. Kau harus melihat siapa yang berada di belakangnya. Itu adalah aku yang berbicara kepadamu, mengatakan kepadamu bahwa engkau telah melakukan sesuatu yang salah. Kau harus membiarkan tikus itu makan karena namanya tertulis untuk memakan makanan itu. Engkau telah kehilangan Amanatmu. Aku sudah siap untuk memberikannya, tetapi para awliyaullah melarangku. Mereka menghentikan aku dan berkata, ‘Jangan, ia belum siap,’ karena engkau tidak melihatku di dalam bentuk tikus itu.”
Itu adalah hal besar. Beliau memperlihatkan kepadanya bahwa bahkan detail terkecil itu, awliyaullah, mata mereka selalu terbuka terhadap murid-muridnya. Mereka tahu apa yang terjadi. Setiap detailnya mereka tahu, tetapi kadang-kadang mereka tidak mengatakannya. Apakah kalian pikir Mawlana tidak tahu tentang kondisi AC di sini, bahwa mereka tidak menyalakannya? Awliyaullah tetap tenang. Tetapi kita mempunyai izin untuk tidak tinggal diam, kita boleh memberikan kritik. Jika tidak ada izin untuk mengkritik, kita mengunci lidah dan mulut kita. Jadi sampai sejauh ini awliyaullah mengawasi murid-muridnya. Bahkan dalam waktu mereka, dua puluh empat jam, dalam setiap saat kehidupan mereka. Grandsyekh (q) biasa mengatakan, “Ketika kalian menggerakkan tubuh kalian di tempat tidur ke kiri atau ke kanan, ketika kalian tidur; aku dapat mendengar gerakan kalian lebih keras daripada
Jadi, mereka meletakkan ilmu ini di dalam kalbu kalian, untuk mengetahui larangan-larangan ini satu per satu. Mawlana Syekh Nazim, semoga Allah memanjangkan umur beliau (amiin), berkata kepada saya bahwa Grandsyekh (q) memerintahkannya untuk berkhalwat selama enam bulan di Madinatul-Munawwara. Beliau diperintahkan untuk melaksanakan kelima salat di Masjid an-Nabawi (s) di Rawdhah Syariif, jadi, beliau harus pergi lebih awal untuk setiap salat. Itu sudah lama. Tidak seperti sekarang, begitu padat di
Staff
http://eshaykh.com/sufism/khalwa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar